Pesawat Sukhoi Super Jet 100 - Keluarga dari korban Pesawat Sukhoi Edward Panggabean dipanggil tim DVI untuk mencocokkan data. Setelah melihat foto-foto korban yang dievakuasi, mereka yakin Edward termasuk salah satu di antaranya.
Adik Edward, Uneng Panggabean, datang ke RS Polri DR Soekanto, Kramatjati, Jakarta Timur, bersama seorang temannya sekitar 11.20 WIB, Kamis (17/5). Dia langsung masuk, namun tak sampai setengah jam sudah keluar lagi.
"Tadi dipanggil (DVI). Untuk memberikan bukti-bukti yang lebih konkret," katanya.
Uneng yang mengenakan baju warna pink itu menjelaskan, oleh petugas, dia diminta melihat foto-foto korban yang diduga Edward. Saat melihat foto beberapa bagian tubuh, ia yakin itu adalah foto kakaknya.
"Ada bagian tubuh yang spesifik, matching. Ada tato kepala suku Apache di lengan kanan atas," ungkapnya.
Sebelumnya, aku Uneng, keluarga sejatinya sudah mempunyai feeling bahwa Edward telah ditemukan. Namun DVI belum berani menyimpulkan. "Biarlah mereka bekerja dulu," katanya sambil meninggalkan RS.
Edward Panggabean adalah salah satu penumpang Sukhoi Super Jet 100 yang mengalami kecelakaan di Gunung Salak, Bogor. Ia merupakan perwakilan Indo Asia. Keluarga sudah memberikan data-data ke DVI, kecuali bagian gigi. Sebab almarhum Edward tak mempunyai data rekam gigi.
Karyawan PT Indo Asia itu ternyata sempat jalan-jalan bersama ibunya di Parapat. “Bulan lalu masih jalan-jalan dengan ibu di Parapat. Tidak ada firasat sebelumnya,” ujar Marisi Hutasoit, ibunda Edward M Panggabean di Bandara Halim PK, Jakarta, Jumat (11/5) lalu.
Menurut salah seorang teman dekat Ellen Panggabean, adik korban, Edward yang di keluarganya disapa dengan Edu menghabiskan masa kecilnya di Pematang Siantar sebelum kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Advent, Malang, Jawa Timur.
Sementara itu memasuki hari kesembilan pascakecelakaan Sukhoi SuperJet 100 di Gunung Salak, Bogor, Kepala Basarnas Marsdya Daryatmo menegaskan evakuasi korban akan tetap dilanjutkan. Namun atas berbagai pertimbangan, termasuk sulitnya medan, membuat sejumlah besar personel dikurangi.
"Evakuasi akan tetap dilanjutkan, hanya saja kami mengurangi jumlah personel. Awalnya 700-an, kami usahakan jadi 186 personel," kata Daryatmo di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Kamis (17/5).
Daryatmo menjelaskan, penyisiran lokasi bagian atas atau tebing dianggap sudah selesai, hanya tinggal bagian bawah. Kalau pun ditemukan (korban), dipastikan jumlahnya tidak banyak lagi. "Lokasi rentan terhadap penyakit kolera. Karena itu, saya minta Pemda menyemprot (lokasi) dengan disinfektan," paparnya.
Sementara itu, tim SAR Rusia yang terdiri dari 12 telah mengakhiri misi pencarian korban di Gunung Salak dan telah dievakuasi dari Gunung Salak menuju Jakarta. Namun sebagian tim non-SAR masih berada di lokasi bersama tim gabungan dari Indonesia.
Menurut Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya TNI Daryatmo, dalam operasi lanjutan nanti, evakuasi fokus tim SAR gabungan adalah melakukan "penyapuan" puing-puing yang tersisa semaksimal mungkin.
Daryatmo mengatakan pencarian dan evakuasi akan terus berlangsung hingga betul-betul tidak lagi ditemukan bagian jasad koban. Menurutnya, hingga kini tidak dapat dipastikan sudah berapa jumlah korban Sukhoi yang telah dievakuasi.
Terkait Flight Data Recorder (FDR), Daryatmo mengatakan hingga kini belum diketemukan.
Hingga kini, total kantong jenazah yang sudah dikirimkan ke Jakarta mencapai 37 kantong. Dari 37 kantong jenazah itu, 5 kantong di antaranya berisi properti. Sedangkan sisanya berisi body parts.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) juga sudah melakukan pengambilan sampel postmortem bagian tubuh dari 25 kantong jenazah. Dari sejumlah itu, baru 1 korban yang teridentifikasi, yakni WNI berjenis kelamin laki-laki.
Advertisement
NB: Terima kasih atas kunjungannya. Berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini.