LAHIR di Cilacap, Jawa Tengah, 8 Juli 1987 sebagai anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Dicky Yudhosoko-Hj Faiza Aljufri, Vicky Veranita Yudhasoka Shu atau lebih dikenal dengan Vicky Shu, yang doyan baca, nonton DVD, dan travelling ini memang sudah hobi menyanyi sejak kecil. Beberapa alat musik bisa ia mainkan, piano, drum, dan gitar.
Vicky mengaku tidak pernah absen mendengarkan musik dan menonton acara-acara musik di TV. "Orangtua mendidikku untuk bermain musik. Beliin aku piano. Menurut mereka, kalau sudah bisa piano, lebih enak menekuni musik," kenang Vicky yang belajar main piano sejak kelas 3 SD. "Aku juga les piano klasik. Aku mainin lagu-lagu klasik.”
Vicky belajar olah vokal secara otodidak. Dia mulai tertarik menyanyi setelah menonton filmnya Judy Garland yang berjudul The Wizard of Oz. Sebuah film klasik yang diproduksi tahun 1939. Soundtrack film ini, “Somewhere Over The Rainbow”, yang dinyanyikan Judy juga tidak kalah keren. "Sudah ribuan kali aku nonton film itu,” aku Vicky.
Pengalaman menyanyi di atas panggung terjadi saat duduk di bangku kelas 3 SD YKPP 1 Cilacap. Vicky diminta mengisi acara perpisahan kelas 6. "Aku nyanyi 'Burung Kutilang'. Lucu banget. Dari kelas 3 SD sampai mau lulus, nyanyi lagu itu terus,” ungkapnya.
Lulus SD, dia bikin band bersama dua teman ceweknya. Vicky main dram. "Mainnya masih ngawur-ngawuran sih. Serunya setiap mau latihan, aku naik sepeda bawa gitar kopong," aku alumnus SMP Negeri 1 Cilacap ini.
Masuk SMA bakat bermusik Vicky makin terasah. Bersama teman-temannya -- salah satunya yang sekarang jadi basis Hello Band -- Vicky bikin band yang diberi nama Shufi. Kali ini Vicky main kibor merangkap vokalis. Beberapa kali ia tampil di atas panggung. Bukan cumi grogi yang didapat. Respons dingin penonton juga dirasakan oleh penyuka warna hitam ini. Banyak pelajaran bisa didapat.
"Di panggung, kita tak hanya sekadar menyanyi," aku Vicky.
Untungnya nilai-nilai di sekolahnya tidak pernah jelek. "Walaupun bukan ranking 1, bagus terus. Bisa masuk lima besar. Aku juga suka olahraga basket, atletik, dan renang," jelas Vicky yang terus mengasah kemampuan bermusiknya hingga kuliah di Universitas Parahyangan Bandung. Hidup memang penuh rintangan. Itu pula yang Vicky rasakan ketika memilih musik sebagai jalan hidupnya. Orangtuanya sempat meragukan pilihannya ini.
"Apa pun kan butuh proses. Orangtua khawatir soal kejelasan masa depan aku. Yang jelas tanggung jawabku ke keluarga menyelesaikan kuliahku dulu. Baru setelah itu menekuni musik. Paling tidak aku sudah memegang gelar sarjana. Orangtua akhirnya merestui," terang Vicky.
Bukan Pengganti Aura Kasih
Bukan jalan yang mudah bagi Vicky untuk masuk industri rekaman. "Aku jadi penyanyi latar beberapa musisi besar. Enggak usah disebut namanya. Enggak enak. Dari situ aku banyak belajar. Yang aku inginkan adalah jadi musisi. Bukan jadi selebriti," tegas pemilik rambut panjang ini.
Ilmu jadi seorang penyanyi profesional didapatkan Vicky selama jadi penyanyi latar. Teknik menyanyi yang baik dan benar, memperlakukan penonton, mengatasi rasa grogi, sampai mengatasi sindrom popularitas, rendah hati, selalu ingat asal-usul. Setelah bekerja keras, dua tahun lalu Vicky akhirnya berhasil masuk dapur rekaman.
"Alhamdulillah beberapa lagu di album ini memang aku yang nyiptain. Proses pembuatan lagu dan pengumpulan lagunya memakan waktu sih. Aku pengin yang detail. Terutama pengerjaan musiknya," beri tahu Vicky. "Makanya album ini prosesnya setahun lebih," tambahnya.
Banyak orang yang menyebut, Vicky sebagai pengganti Aura Kasih. Tapi Vicky bilang, ia tidak harus jadi Aura Kasih yang identik dengan imej seksi. Vicky tentu ingin membentuk imej sporty dan elegan, yang tecermin dari penampilannya di atas panggung. "Apalagi lagu yang aku nyanyiin sekuel dari 'Mari Bercinta'nya Aura Kasih. Kebetulan kami satu manajemen," imbuhnya.
Vicky ogah dibilang seksi. Istilah itu kurang tepat untuk dirinya. "Aku biasa saja, cenderung lebih sporty tomboi. Makanya aku jarang pakai rok di panggung. Rambut pun selalu dikuncir biar enggak ribet. Jadi menyesuaikan karakter aku yang apa adanya saja,” jelas Vicky sambil menunjukkan lengannya yang atletis.
Seperti penyanyi lain, Vicky juga pernah mengalami kehabisan suaranya. Padahal waktu itu jadwal promo tur dengan penyanyi yang diiringinya sedang padat-padatnya.
"Kata dokter, aku kena radang pita suara. Lalu, aku minta dokter gimana caranya suaraku muncul lagi, karena dua hari lagi mau nyanyi. Pesan dokter, jangan banyak omong, dan minum obat. Alhamdulillah, pas hari-H aku bisa nyanyi," Vicky menjaga suaranya tetap prima dengan cara menghindari makanan junk food.
Mendapatkan tubuh seideal sekarang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dulu itu Vicky gemuk lho. Beratnya bahkan sempat mencapai 60 kg. Pipi chubby, lemak di mana-mana. Karena sudah bisa mengatur pola makan, berat Vicky sekarang jadi 47 kg.
"Sempat turun-naik, setahun terakhir mulai stabil. Aku diet sehat. Juga rajin aerobik dan jogging. Berguna buat pernafasan saat perform di panggung." Vicky mengatakan, bodinya sekarang memang tampak berisi. Pengin sekali Vicky lebih kurus lagi. Tapi tidak dibolehin orang-orang terdekatnya. Khawatirnya, jadi kayak orang sakit, begitu kata Vicky.
"Daripada sakit malah enggak bisa nyanyi. Ya udah mending kayak sekarang saja," tekat Vicky. Vicky bukan tipe cewek yang doyan ke salon. Baginya, perawatan tubuhnya cukup dilakukan secara tradisional. "Dari dulu aku suka minum jamu. Biasanya sih kunyit asem dan beras kencur. Itu bagus buat kulitm,” repet pemilik mata indah ini.
Kegiatan lain yang membutuhkan perhatian Vicky adalah bisnis sepatunya. Dia lantas menunjukkan sepatu buatannya sendiri. "Aku yang desain. Aku sendiri yang observasi bahannya. Jenisnya high heels, minimal 10 cm. Aku nyebutnya killer heels. Semua bahannya lokal. Kualitas material di sini cukup bagus." Konsep bisnis Vicky sementara ini online butik. Pasarnya sudah menembus Malaysia, Singapura, Jepang, Italia, dan Inggris. "Rencana bikin butik, butik tunggal." Agak sulit buat Vicky membagi waktu antara nyanyi dan bisnis. Apalagi jadwal manggung semakin padat. "Makanya agak terbengkalai, tapi aku akan tetap sempatkan ngawasin," harap Vicky.
O ya, yang mau daftar jadi pacar Vicky siap-siap saja memenuhi syaratnya. Apa saja?
"Yang penting enggak ribet, tidak overprotected, bertanggung jawab, dan bisa manjain aku," sebut Vicky.
Sudah ada sih yang seperti itu, kata Vicky. Cuma ia tidak mau buru-buru mengambil keputusan.
Soal nama belakangnya, Vicky punya penjelasannya. Shu itu nama fam nenek buyutku. Kebetulan aku Arab-Chinese. Dari kecil nama itu sudah melekat. Justru pertama kali aku suka nama itu karena berbau Mesir. Setiap kali aku search arti nama itu bagus di setiap bahasanya. Mulai dari Mandarin, Jepang, India. Walaupun hanya satu suku kata, semoga semua artinya bisa nempel di aku," Vicky berharap. Amin.
Advertisement
NB: Terima kasih atas kunjungannya. Berikan saran dan kritik untuk membangun blog ini.